Pengembangan Industri Telekomunikasi Nasional
Jakarta – Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia bidang Informasi, Teknologi dan Budaya, Riad Oscha Chalik, mengatakan, pihaknya berkeinginan mendorong pengembangan industri telekomunikasi nasional. Hal itu, bisa diwujudkan dengan pembelian kembali saham perusahaan telekomunikasi yang mayoritas dikuasai oleh asing.
“Saat ini, semua operator seluler terdapat saham asing didalamnya. Sebut saja misalnya, Telkom yang 35 persen sahamnya dikuasai oleh Singtel. Sementara, Indosat 87 persen sahamnya dikuasai Qatar. Ini harus diperjuangkan, agar saham asing ini dapat dikuasai kembali oleh pengusaha dalam negeri dan BUMN,” ujar Riad Oscha, di Jakarta, Jumat (5/2).
Sementara itu, lanjut dia, untuk nomor ponsel yang sudah terjual dari semua operator telah mencapai angka 250 juta, sedangkan handset-nya kebanyakan masih impor. Berkaitan dengan hal ini, kata Riad Oscha, tentunya harus dibangun pabrik-pabrik handset dimana pengusaha dalam negeri ikut serta dalam pembangunannya.
“Bisa juga merk-merk handset yang masuk ke Indonesia diharuskan membuat pabrik, sehingga ada bagian yang dibuat oleh pengusaha dalam negeri,” kata dia.
Menyoal langkah konkrit yang akan dilakukan oleh Kadin Indonesia Paradigma Baru, Riad Oscha menyatakan, pihaknya akan memberikan masukan dan usulan kepada Kominfo untuk membuat aturan yang memberikan batasan jelas agar asing tidak mayoritas menguasai pasar telekomunikasi di Indonesia.
“Ini dampak dari UU Telekomunikasi No 39 tahun 1999 yang banyak dinilai sangat pro-asing. Karenanya, UU tersebut harus dirombak. Contohnya, kepemilikan menara seluler tidak boleh dimiliki asing ternyata bisa jalan. Terlebih, saat ini sedang digodok UU tentang telekomunikasi dan penyiaran yang baru. Mudah-mudahan nanti ada batasan yang jelas,” tambah dia.
Selain itu, lanjut Riad Oscha, pihak Kadin juga menyoroti masalah soal budaya cyber yang terus berkembang dengan cepat di tengah masyarakat. “Soal budaya cyber ini memang ada positif maupun negatif. Sehingga, untuk konten-nya tentu Kominfo harus berperan aktif dalam menyaring dan menyeleksi isinya,” tambah dia.
Perbaikan Infrastruktur Wisata
Untuk masalah budaya dan wisata, lanjut Riad Oscha, Kadin Indonesia Paradigma Baru berencana mengintegrasikan kekayaan budaya Indonesia agar menjadi nilai tambah dan potensi ekonomi secara keseluruhan, agar wisatawan mancanegara (Wisman) datang berduyun-duyun membelanjakan dolar-nya di Indonesia.
“Kekayaan budaya kita cukup banyak, namun informasinya sangat terbatas. Makanya, perlu dikembangkan dengan cyber info sehingga orang luar negeri tidak hanya kenal Bali namun juga destinasi lainnya,” kata dia.
Disamping itu, lanjut Riad Oscha, infrastruktur (jalan, bandara, hotel dan lain-lain) yang menuju ke lokasi atau destinasi wisata harus memadai. Selain itu, kata dia, ketersedian listrik juga harus memadai.
“Jadi, fasilitas dan infrastrukturnya harus bagus. Informasi lokasi wisata serta budaya setempat yang menonjol harus bisa diakses oleh wisatawan mancanegara. Setelah itu, dapat dipastikan akan tumbuh industri kreatif di lokasi tersebut dan wisatawan akan semakin banyak datang,” tambahnya.
Feriawan Hidayat/FER
BeritaSatu.com